Hikayat Semka Mutuk

Tidak ada hari tanpa masalah bagi Semka Mutuk. Tagihan - tagihan datang bertubi - tubi tetapi uang sudah tidak ada. Kesulitan bayar punggawa sehingga terlalu sering terlambat dibayar. Sekarang ini malah ditambah dengan ulah Kurcaci yang ribut di rumah tetangga, sehingga memaksa tetangga untuk mendatangi Semka Mutuk dan melakukan komplain berat atas ulah kurcaci ini. Padahal tetangga ini termasuk yang paling toleran dan malah sering membantu Semka Mutuk. Mendapat komplain seperti ini, Semka Mutuk hanya bisa bengong tanpa mengucap sepatah katapun. Tidak bisa membela diri karena memang bukti di depan mata.

 Ternyata, selama ini Semka Mutuk menempati lahan yang bukan hak miliknya, lahan ini milik orang lain, sehingga pemilik lahan meminta Semka Mutuk pindah dari lokasi saat ini Semka Mutuk tentu kebingungan, badai kebangkrutan sudah menerjang, sekarang diusir dari tempat tinggalnya. Bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga. Sungguh ruwet nasib Semka Mutuk saat ini. Tidak ada yang bisa diperbuat  dan tidak bisa berbuat apapun untuk mengatasi masalah ini. Hanya termenung dan meratapi nasib 

Setelah beberapa kali tidak mampu membayar kewajibannya. Kali ini Semka Mutuk tidak mampu membayar sejumlah pembantunya. Akibatnya jelas, harus mengurangi jumlah pembantunya sehngga bisa melakukan penghematan Pembantu yang tersisa pun saat ini juga masih belum ada kepastian pembayaran upahnya. Jadi semakin ruwet kondisinya. Tagihan belum terbayar, kebutuhan rumah tangga tidak terpenuhi dan ditambah belum dibayarkan nya upah para pembantunya. Melihat kondisi ini, dipastikan Semka Mutuk sudah bangkrut, sudah pailit tinggal menjual aset asetnya saja, itupun jika masih ada aset yang bisa dijual.